Diatas sajadah kata..
Diantara petikan dawai hatiku
Dan reruntuhan malam yang membisu
Aku tulis syair air mata
Bukan..bukan....
Bukan karena tak kudapati padang cahaya
Justru karena terlalu banyak surga dibilik dadaku
Diatas sajadah kata
Aku tulis syair air mata
Agar basah jiwaku dengan cintaMu
Kotaku kota sunyi
Dari kepingan kata alif
Dan segumam lirik alfatihah
Disinilah aku mulai mengeja
Rumput-rumput yang bertasbih
Burung-burung yang berzikir
Pucuk-pucuk daun gugur
Dan senja yang mengejar
Biarkan aku sendiri
Sejenak mengaduh alpa
Pada hari yang renta
Dalam sujud-sujud hening
Mega terbentang mengarak cahaya
Luapkan hangat semesta dunia
Menatap darah yang mengalir di bawah pasrah
Melelehkan peluh yang menetes di bawah susah
Malam dan fajar tersenyum perlahan
Gemuruh hawa yang menggenggam tombak
Liar menggilas jubah putih para ciptaan
Memojokkan…
Menghempaskan…
Mengguncangkan…
Dan lihat siapa yang bertahan
Hirup nafas kedigdayaan
Hunus pedang kekuatan
Lontarkan panah-panah kesabaran
Pacu kuda peperangan
Di padang kerontang nyaris tak berbintang
Detak-detak hati runduk tersungkur
Rinai-rinai air mata basahi sajadah jiwa
Genggam tekad takkan mundur
Kala hawa sedang tertawa
Kutatap waktu seribu fana
Sang Cinta turun dari singgasana
Menebas leher kesombongan
Menusuk jantung kedengkian
Membelah dada kejahatan
Mencabik hawa kebuasan
Langit pucat menatap asap
Menggantang sejuta lolongan hewan
Mengaum tebarkan kengerian
Menggelegakkan serpihan kelam
Saat hawa sedang terbenam
Di atas bukit perjuangan
Kukibarkan bendera kemenangan
Para pemenang sejati atas para pecundang
Yang masih terlongong-longong di atas kebodohan
Karena pikiran pecundang penuh kekerdilan
Padang pertempuran telah bersimbah
Kecongkakan telah rebah
Hawa telah punah
Selamanya…
Di lorong waktu yang terpisah.
Senin, 31 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar