Jumat, 22 Februari 2008

Sepenuh hati.

Sepenuh Hati

Air hujan turun membasahi bukit. Ia
mengalir melintasi tebing dan cerukan
sempit. Sesekali menabrak batu dan akar
pohon yang menjuntai. Membawa bersama
partikel hidrogen dan oksigen.
Menyelisihi daun kering yang jatuh ke
bumi sambil berbisik, “Ku kan membuatmu
segar kembali setelah angin dan waktu
membuatmu letih.” Ia terus mengalir dan
mengalir hingga bertemu “kawan” lain.
Membentuk aliran ke hilir hingga jadi
sungai yang mengalir ke laut.

Dengan segala kerendahan diri untuk
mengalir jatuh air telah menghidupkan
bumi setelah kering. Membasuh dan
membawa harapan baru untuk segenap
mahluk. Si sumber kehidupan ini
menyimpan kelembutan dan kekuatan
sekaligus. Sang Pencipta Tertinggi telah
memberinya kekuatan untuk bergerak
menerobos celah sempit, meluncur jatuh,
membentuk aliran sungai, atau tetap diam
diatas bumi dan menjadi danau.

Dengan hanya tetesan, ia mampu melubangi
batu dan memecahnya. Meski memakan waktu
sekian jam atau bahkan hari. Tapi
sekeras apapun batu ia tetap bisa
melakukannya. Bermula dari setetes saja.
Terus menerus. Setetes demi setetes.
Hingga batu berlubang, retak dan
terbelah. Saat tetesan berhenti, batu
tak lagi tertandai.

Sesosok mahluk lain di belahan bumi yang
berbeda telah berusaha untuk membuat
sesuatu yang berguna. Ia berusaha untuk
menyimpan listrik dan mengalirkannya
menjadi cahaya. Edison telah
berhari-hari atau bahkan
berminggu-minggu mencoba membuat
impiannya terwujud. Untuk berhasil
menyalakan sebuah bolam, ia telah
menghabiskan lebih dari seribu empat
ratus bolam. Ke semua bohlam itu pecah
saat tak mampu menahan panas aliran
listrik. Hingga akhirnya sebuah bolam
berhasil menyala. Menyala dan hampir tak
pernah lagi padam hingga saat ini. Dan
pemadaman lampu resmi pertama dilakukan
di seluruh kota pada hari ia meninggal
untuk menghargai kerja kerasnya itu.

Tetesan air yang membelah batu ataupun
usaha Edison membuat bola lampu adalah
cerminan pekerjaan yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh. Andai mereka berhenti
bergerak dan diam, tak ada yang berubah.
Takkan ada yang dihasilkan. Batu takkan
pecah saat tetesan berhenti sebelum
waktunya. Atau tak ada lampu penerang
saat hari gelap. Tetapi kedua mahluk
berbeda ini terus bekerja. Terus bekerja
hingga aliran sungai muncul, membasahi
bumi, mengairi sawah dan menjadi sumber
minum bagi mahluk Allah yang lain. Terus
bekerja hingga ada cahaya saat gelap dan
penerang bagi kehidupan seluruh manusia
hingga hari ini. Seluruhnya bukanlah
pekerjaan setengah hati. Memulai
pekerjaan yang baru tidak mudah. Butuh
keberanian dan semangat tinggi. Tapi itu
bukanlah yang tersulit. Yang paling
sulit adalah menyelesaikan apa yang
telah dimulai itu dengan kebaikan.
Karena lebih banyak pengorbanan dan
kegigihan yang diberikan. Dan
kesungguhan hati yang berbicara pada
akhirnya.

Janganlah khawatir untuk mengakhiri
segala pekerjaan dengan kebaikan, karena
sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik. Dan
ternyata banyak hal yang berguna dengan
bekerja sepenuh hati.

Tidak ada komentar: