PESANTREN MAHASISWA DAN ISLAMISASI KAMPUS SEKULER
Dalam sebuah acara penyambutan maba yaitu pesantren Mahasiswa yang disingkat dengan pesma ada salah seorang dari peserta yang bertanya, mengapa majhab dalam islam terbagi menjadi empat majhab padahal majhab dari keempat majhab itu sama yaitu ahlussunnah waljamaah?
Pertanyaan ini merupakan salah satu bentuk pertanyaan yang sedang berkecamuk dalam pikiran mereka termasuk juga saya pribadi maklum waktu itu pengetahuan kami akan islam itu sendiri masih minim, yang dimana kami tahu islam hanya karena faktor keturunan, yaa.. karena orang tua kami islam otomatis kami pun mengikuti agama mereka. sejak SMU kami pun tidak terlalu mendapat pengetahuan yang jelas tentang pendidikan agama islam walapun dibangku SMU itu sendiri ada kurikulum pendidikan agamanya, seperti yang kita ketahui bersama pelajaran agama yang diajarkan di bangku SMU sangatlah terbatas dan bersifat monoton apa yang di bilang dalam buku panduan agama itulah yg kita yakini, seolah-olah buku itu berisikan kebenaran yang Mutlak, kita seakan-akan di giring untuk meyakini kalau yang benar itu seperti yang diajarkan dalam buku panduan itu, yang lebih ironis lagi buku pelajaran agama dulu hampir mirip dengan buku PPKN, ditambah lagi dengan kurangnya kualitas dari tenaga pengajar pendidikan agama itu sendiri yaa gitu deh kita hanya di suruh mencatatat terus tanpa di berikan penjelasan, hal ini yang semakin memperparah keadaan kami.
Selama tiga hari kami mengikuti prosesi acara pesma tersebut, disitu kami di godok dalam kondisi yang bernuansa Islami. Salah satunya tampak pada hijab yang membatasi antara ikwan dengan akhwat dalam pesma tersebut.Setiap akhwat juga di wajibkan untuk memakai busana muslimah.
Materi-materi keislaman di berikan secara sistematis kepada kami disamping materi yang berhubungan dengan kemahasiswaan dan kelembagaan.Pendalaman materi di berikan ketika di adakan diskusi kelompok, penanaman nilai islami pada saat itu di transfer secara persuasif tidak seperti ospek yang mengandalkan represif.
Pesma di Unhas itu sendiri pertama kali di selenggarakan oleh sema Fak. Teknik pada tahun 1997. waktu itu dihadiri oleh sekitar 800 orang maba, mereka mengikuti prosesi yang dilaksakan di mesjid kampus Unhas Tamalanrea.
Kegiatan ini dilandasi oleh siatu cita-cita untuk menanamkan nilai islami sejak dini kepada mahasiswa muslim. Apalah artinya kalau mahasiswa hanya di bekali dengan pengetahuan intelektual tanpa di barengi dengan pendidikan spiritual.
Niat tulus dan mulia ini bukan berarti berjalan tanpa hambatan.Di FISIP sendiri sejak
awal mulai dirintisnya tahun 1998 oleh FKI Sema FISIP sempat menemui suatu kendala yaitu
pada saat ketika diadakan rapat sosialisasi awal kepada para pengurus HMJ.
Kegiatan ini mendapat sorotan dengan timbulnya suatu
pertanyaan yang sedikit ketus,misalnya,katanya pada waktu itu
ada salah seorang utusan dari KMJ yang sempat berkomentar,
Apakah ada jaminan bagi maba setelah mereka mengikuti pesma
yang hanya berlangsung selama tiga hari akan menjadi lebih baik dari pada sebelumnya,
sedangkan santri yang mengecap pendidikan di ponpes selama bertahun-tahun sudah terbukti
pribadinya kurang bagus?
Pertanyaan tentang efektivitas dari pesma sering dijadikan dalih pembenaran untuk tidak mewajibkan maba mengikuti kegiatan ini. Berdasarkan hasil pengamatan saya pribadi, pesma di FISIP telah sukses memotivasi maba untuk belajar islam secara lebih serius. Banyak maba-maba putri tergerak hatinya untuk berjilbab setelah pesma. Kita seharusnya mesti bersyukur karena kesadaran untuk memahami islam sudah mulai muncul setelah melalui pesma selam tiga hari dan tentunya semua itu tidak bisa di lepaskan dari adanya hidayah dari Allah.
Fenomena ini sangatlah membanggakan sebab ternyata PTN umum seperti Unhas mampu melaksanakan program pesma hampir di setiap fakultas bahkan sampai di tingkat HMJ itu sendiri. hal itu menandakan syiar Islam bisa tegak di PT umum walaupun mata kuliah agama islamnya hanya di peroleh sebanyak 2 SKS.
Fenomena pesma sejalan dengan cerita Muhammad subary. Dalam diskursus ilmu sosial, ia mengatakan bahwa pernah ada wartawan dari jawa pos yang berkomentar bahwa, sekarang telah terjadi santrinisasi
( Islamisasi ) kampus sekuler dan sekulerisasi di perguruan tinggi islam." Wallahu a'lamu Bisshawwab.
Selasa, 22 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar